TUJUH TOKOH ILMUWAN SOSIOLOGI DAN POLITIK
Disusun
Oleh :
IRANA DEWI TAMBA : (23215419)
1EB05
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
EKONOMI
2015/2016
1.TUJUH
TOKOH ILMUWAN SOSIOLOGI
1) FLORIAN WITOLD ZNANIECKI
Florian Witold Znaniecki lahir di Swietniki, Prussia (sekarang
Polandia) dan wafat di Champaign,Amerika Serikat. Ia adalah sosiolog
Amerika-Polish yang teori dan metodologi kerjanya menjadikan sosiologi sebagai
disiplin ilmu. Ia mempelopori bidang penyelidikan empiris dan sebagai penulis
Kebudayaan Polish.
2) PETER
LUDWIG BERGER
Peter
Ludwig Berger lahir pada tanggal 17 Maert 1929. Ia adalah seorang sosiolog dan
teolog Amerika yang terkenal berkat karyanya Th s .. Be Social Contruction Of
Reality: A treatise in the socilogy of knowledge yang di tulisnya
bersama Thomas Luckmann. Masalah yang dikaji Peter L. Berger adalah
hubungan antara masyarakat dengan Individu. Di dalam bukunya, ia mengembangkan
sebuah teori sosiologis : Masyarakat sebagai Realitas Objektif dan Subjektif.
Analisanya masyarakat sebagai realitas subjektif mempelajari bagaimana realitas
telah menghasilkan dan terus menghasilkan individu. Ia menulis tentang
bagaimana konsep-konsep atau penemuan-penemuan baru manusia menjadi bagian dari
realitas kita. Proses ini disebutnya reifikasi.
3)
KARL MARX
Karl
Heinrich Marx lahir di Trier, Jerman pada tanggal 5 mei 1818. Ia adalah seorang
filsuf, pakar ekonomi politik, dan teori kemsyarakatan dari Prusia. Walaupun
Karl Marx menulis tentang banayak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas
analisanya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat
diringkas sebagai “sejarah dari berbagai mesyarakat hingga saat ini pada
dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas”, sebagaimana yang tertulis
dalam kalimat pembuka dari karya “Communist Manifesto” pada tahun 1848.
4) AGUSTE
COMTE
Aguste
Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian
barat daya dari negara Perancis. Setelah bersekolah disana, ia melanjutkan
pendidikannya di Politeknik École di Paris. Politeknik École
saat itu terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan
filosofi proses. Pada tahun 1818, politeknik tersebut
ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan
melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier. Comte biasanya
dihormati ketika lebih dulu Sarjana sosiologi barat ( Ibn Khaldun setelah
didahului dia di (dalam) Timur dengan hampir empat berabad-abad). Penekanan
Comte’s pada saling behubungan tentang unsur-unsur sosial adalah suatu pertanda
modern functionalism, unsur-unsur tertentu dari pekerjaan nya kini
dipandang sebagai tak ilmiah dan eksentrik, dan visi agung sosiologi nya
sebagai benda hiasan di tengah meja dari semua ilmu pengetahuan belum
mengakar.
Penekanan
nya pada suatu kwantitatif, mathematical basis untuk pengambilan keputusan
tinggal dengan kita hari ini. ini merupakan suatu pondasi bagi dugaan Paham
positifisme yang modern, analisa statistik kwantitatif modern, dan pengambilan
keputusan bisnis. Uraian nya hubungan siklis yang berlanjut antar teori dan
praktik dilihat di sistem bisnis modern Total Manajemen Berkwalitas dan
Peningkatan Mutu Berlanjut di mana advokat menguraikan suatu siklus teori
[yang] berlanjut dan praktik melalui/sampai four-part siklus rencana,, cek, dan
bertindak. Di samping pembelaan analisis kuantitatif nya, Comte lihat suatu
batas dalam kemampuan nya untuk membantu menjelaskan gejala sosial. Nah untuk
teman-teman ketahui Aguste Comte ini sering juga di sebut Bapak Sosiologi
Dunia.
5) IBNU KALDUN
Ibnu
Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei 1332 (Faghirzaedah 1982). Lahir
dari keluarga terpelajar, Ibnu Khaldun dimasukkan ke sekolah Al-Quran, kemudian
mempelajari matematika dan sejarah. Semasa hidupnya ia membantu berbagai sultan
di Tunisia, Maroko, Spanyol, dan Aljazair sebagai data besar, bendaharawan dan
anggota dengan dewan penasehat sultan. Ia pun pernah dipenjarakan selama 2
tahun di Maroko karena keyakinannya bahwa penguasa negara bukanlah pemimpin
yang mendapatkan kekuasaan dari Tuhan. Setelah kurang lebih dua dekade aktif di
bidang politik, Ibnu Khaldun kembali ke Afrika Utara. Ia melakukan studi ilmiah
tentang masyarakat, riset empiris, dan meneliti sebab-sebab fenomena sosial. Ia
memusatkan perhatian pada berbagai lembaga sosial (misalnya lembaga politik dan
ekonomi) dan hubungan antara lembaga sosial itu. Ia juga tertarik untuk
melakukan studi perbandingan antara masyarakat primitif dan masyarakat modern.
Ibnu Khaldun tak berpengaruh secara dramatis terhadap sosiologi klasik, tetapi
setelah sarjana pada umumnya dan sarjana muslim khususnya meneliti ulang
karyanya, ia mulai diakui sebagai sejarawan yang mempunyai signifikansi
historis.
6) SELO
SOEMARDJAN
Selo
Soemardjan merupakan salah satu sosok paling berpengaruh dalam perkembangan
ilmu yang mempelajari masyarakat dan sekitarnya.Penerima Bintang Mahaputra
Utama dari pemerintah ini adalah pendiri sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu
Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) dan sampai akhir hayatnya dengan
setia menjadi dosen sosiologi di Fakultas
Hukum Universitas Indonesia (UI). Ia
dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia ilmuwan yang
meninggalkan banyak bekal ilmu pengetahuan. Sebetulnya ia sudah purnatugas di
Universitas Indonesia (UI). Tapi, karena masih dibutuhkan, ia tetap mengajar
dengan semangat tinggi. Ia memang seorang sosok berintegritas, punya komitmen
sosial yang tinggi dan sulit untuk diam.
Ia
seorang dari sedikit orang yang sangat pantas menyerukan hentikan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Pantas karena ia bukan tipe
maling teriak maling. Ia orang orang bersih yang dengan perangkat ilmu dan
keteladanannya bisa menunjukkan bahwa praktik KKN itu merusak tatanan sosial.
Ia pantas menjadi teladan kaum birokrat karena etos kerjanya yang tinggi dalam
mengabdi kepada masyarakat. Selama hidupnya, Selo pernah berkarier sebagai
pegawai Kesultanan/Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta,
Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jakarta Raya, dan Kepala Sekretariat Staf Keamanan Kabinet
Perdana Menteri, Kepala Biro III Sekretariat Negara merangkap Sekretaris Umum
Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretaris Wakil Presiden RI Sultan Hamengku Buwono
IX (1973-1978), Asisten Wakil Presiden Urusan Kesejahteraan Rakyat (1978-1983)
dan staf ahli Presiden HM Soeharto. Ia dikenal sebagai Bapak Sosiologi
Indonesia setelah tahun 1959 — seusai meraih gelar doktornya di Cornell
University, AS — mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI). Dialah
pendiri sekaligus dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan
(sekarang FISIP) UI. Kemudian tanggal 17 Agustus 1994, ia menerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah
dan pada tanggal 30 Agustus menerima gelar ilmuwan utama sosiologi.
Menurut putra sulungnya, Hastjarjo, Selo suka main. “Setiap hari selalu
memainkan tubuhnya berolahraga senam. Karena terkesan lucu, cucu-cucu
menganggap bapak sedang bermain-main dengan tubuhnya,” tambahnya.
Sebagai
ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes in
Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian
terakhir Selo berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima
Anugerah Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada
puncak peringatan Dies Natalis Ke-52 UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan
dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah uang.
7. PIERRE GUILLAUME FREDERIC
LE PLAY
Pierre
Guillaume Frederic Le Play seorang Perancis, adalah salah seorang ahli
ilmu pengetahuan kemasyarakatan terkemuka abad ke-19. Dia berhasil
mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti dan menganalis
gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap
fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga menggunakan
metode case study dalam penelitian-penelitian sosial.
Penelitian-penelitiannya
terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan geografis menentukan
jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta
lembaga-lembaga lainnya. Keluarga merupakan objek utama dalam penyelidikan. Dia
berkeyakinan bahwa anggaran belanja suatu keluarga merupakan ukuran kuantitatif
bagi kehidupan keluarga sekaligus menunjukkan kepentingan keluarga tersebut.
Akhirnya dikatakan bahwa organisasi sosial keluarga sepenuhnya terikat pada
anggaran keluarga tersebut. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara
lain European Workers (1855), Social Reform in France (1864), The
Organization of the Family (1871), dan The Organization of
Labor (1872). Dan itulah beberapa para sosiolog dan teriolog yang
sangat berkompeten dalam permasalahan mayrakat dan saya berharap akan ada dan
kearifan hidup manusia.(jow).
2.TUJUH TOKOH ILMUWAN POLITIK
1)
MONTESQUIEU
Charles-Louis de Secondat, Baron de
La Brède et de Montesquieu (lahir 18 Januari 1689 – meninggal 10 Februari 1755
pada umur 66 tahun), atau lebih dikenal dengan Montesquieu, adalah pemikir
politik Perancis yang hidup pada Era Pencerahan (bahasa Inggris: Enlightenment).
Ia terkenal dengan teorinya mengenai pemisahan kekuasaan yang banyak disadur
pada diskusi-diskusi mengenai pemerintahan dan diterapkan pada banyak
konstitusi di seluruh dunia. Ia memegang peranan penting dalam memopulerkan
istilah "feodalisme" dan "Kekaisaran Bizantium" Ia lahir di
Brede de la Château di barat daya Perancis. Ayahnya, Jacques de Secondat,
adalah seorang prajurit dengan keturunan mulia yang panjang. Ibunya, Marie
Françoise de Pesnel yang meninggal ketika Charles de Secondat berusia tujuh
tahun, adalah pewaris perempuan dari warisan moneter besar yang membawa gelar
baron dari La Brede kepada keluarga Secondat. Setelah belajar di Universitas
Katolik dari Juilly, Charles-Louis de Secondat menikah. Istrinya, Jeanne de
Lartigue, seorang Protestan, membawakan mas kawin yang besar ketika ia berusia
26. Tahun berikutnya, ia mewarisi kekayaan setelah kematian pamannya, serta
judul Baron de Montesquieu dan Président à Mortier di Parlemen Bordeaux.
Kehidupan awal Montesqueieu yang terjadi pada saat perubahan pemerintah yang
signifikan. Di Kepulauan Inggris dekatnya, Inggris telah menyatakan dirinya
sebagai monarki konstitusional di bangun dari Revolusi Glorious nya
(1688-1689), dan telah bergabung dengan Skotlandia di Uni dari 1.707 untuk membentuk
Kerajaan Inggris. Di Perancis yang lama berkuasa Louis XIV meninggal pada 1.715
dan digantikan oleh lima-tahun Louis XV. Ini transformasi nasional berdampak
sangat Montesquieu, ia kemudian akan merujuk kepada mereka berulang kali dalam
karyanya. Dia mencapai kesuksesan sastra dengan penerbitan persanes nya Lettres
(Persian Letters, 1721), sebuah satir didasarkan pada korespondensi imajiner
pengunjung Persia ke Paris, menunjukkan absurditas masyarakat kontemporer. Dia
selanjutnya diterbitkan Pertimbangan sur les menyebabkan de la keagungan des
Romains et de leur décadence (Pertimbangan tentang Penyebab dari Keagungan dan
Decadence dari Roma, 1734), dianggap oleh beberapa sarjana transisi dari The
Letters Persia ke pekerjaan tuannya. De l'Esprit des Lois (The Spirit of Hukum)
awalnya diterbitkan secara anonim pada tahun 1748 dan dengan cepat naik ke
posisi pengaruh besar. Di Prancis, ia bertemu dengan penerimaan tidak ramah
dari kedua pendukung dan penentang rezim. Gereja Katolik dilarang l'Esprit - bersama
dengan banyak karya lainnya Montesquieu - pada 1751 dan memasukkannya dalam
Indeks Buku Terlarang. Ia menerima pujian tertinggi dari seluruh Eropa,
khususnya Inggris. Montesquieu juga sangat dihormati dalam koloni Inggris di
Amerika Utara sebagai juara British kebebasan (meskipun bukan dari kemerdekaan
Amerika). Politik ilmuwan Donald Lutz menemukan bahwa Montesquieu adalah
otoritas yang paling sering dikutip pada pemerintah dan politik di kolonial
pra-revolusioner British America, dikutip lebih oleh para pendiri Amerika dari
sumber manapun kecuali Alkitab. Setelah revolusi Amerika, karya Montesquieu
tetap pengaruh kuat pada banyak dari para pendiri Amerika, terutama James
Madison of Virginia, "Bapak Konstitusi". Filosofi Montesquieu bahwa "pemerintah
harus diatur sehingga tidak ada orang yang perlu takut lain" mengingatkan
Madison dan orang lain bahwa dasar gratis dan stabil untuk pemerintahan baru
nasional mereka membutuhkan pemisahan yang jelas dan seimbang kekuasaan. Selain
menyusun karya tambahan pada masyarakat dan politik, Montesquieu bepergian
selama beberapa tahun melalui Eropa, termasuk Austria dan Hungaria,
menghabiskan satu tahun di Italia dan 18 bulan di Inggris sebelum menetap di
Perancis. Dia terganggu oleh penglihatan yang buruk, dan benar-benar buta pada
saat dia meninggal karena demam tinggi pada tahun 1755. Ia dimakamkan di Église
Saint-Sulpice, Paris.
2)
HANNAH ARENDT
Hannah Arendt adalah seorang
teoretikus politik Jerman. Ia seringkali digambarkan seagai seorang filsuf,
meskipun ia selalu menolak label itu dengan alasan bahwa filsafat berurusan
dengan "manusia dalam pengertian singular." Ia menggambarkan dirinya
sebagai seorang teoretikus politik karena karyanya berpusat pada kenyataan
bahwa "manusia pada umumnya, bukan Manusia saja, hidup di muka bumi dan
menghuni dunia ini."
Hannah Arendt lahir pada 14 Oktober
1906 Linden, Hanover, German dalam keluarga Yahudi sekular di kota Linden yang
waktu itu merupakan kota independen (kini bagian dari Hanover) dan dibesarkan
di Königsberg (kota tempat tinggal pendahulunya yang dikaguminya, Immanuel
Kant) dan Berlin. Ia belajar filsafat di bawah Martin Heidegger di Universitas
Marburg, dan lama menjalin hubungan romantik yang sporadis dengannya. Hal ini
telah banyak dikritik karena simpati Heidegger terhadap Nazi. Suatu kali ketika
hubungan mereka terputus, Arendt pindah ke Heidelberg untuk menulis disertasi
tentang konsep cinta-kasih dalam pemikiran Santo Augustinus, di bawah bimbingan
filsuf-psikolog eksistensialis Karl Jaspers.Disertasi itu diterbitkan pada
1929, namun Arendt dihalangi ketika ia ingin menyusun tulisan habilitasi -
karya tulis sesudah penulisan disertasi yang merupakan prasyarat untuk mengajar
di universitas Jerman - pada 1933 karena ia seorang Yahudi. Setelah itu ia
meninggalkan Jerman dan pergi ke Paris. Di sana ia berjumpa dan bersahabat
dengan kritikus sastra dan mistikus Marxis Walter Benjamin. Sementara di
Prancis, Arendt bekerja untuk mendukung dan membantu para pengungsi Yahudi.
Namun, karena sebagian wilayah Prancis diduduki militer Jerman setelah Prancis
menyatakan perang pada Perang Dunia II, dan dideportasinya orang-orang Yahudi
ke kamp-kamp konsentrasi, Hannah Arendt harus melarikan diri dari Prancis. Pada
1940, ia menikah dengan penyair dan filsuf Jerman Heinrich Blücher. Pada 1941,
Hannah Arendt melarikan diri bersama suami dan ibunya ke Amerika Serikat atas
bantuan diplomat Amerika Hiram Bingham IV, yang secara ilegal mengeluarkan visa
untuknya dan sekitar 2.500 orang pengungsi Yahudi lainnya. Kemudian ia menjadi
aktif dalam komunitas Yahudi-Jerman di New York dan menulis untuk mingguan
Aufbau.
Setelah Perang Dunia II ia
memberikan kesaksian untuknya dalam pemeriksaan denazifikasi Jerman. Pada 1950,
ia menjadi warga negara AS berdasarkan naturalisasi, dan pada 1959 menjadi
perempuan pertama yang diangkat ke dalam jabatan profesor penuh di Universitas
Princeton.
Karya-karya Arendt membahas hakikat
kuasa, dan topik-topik politik, wewenang, dan totalitarianisme. Banyak dari
tulisannya terpusat pada pengukuhan konsepsi tentang kebebasan yang sinonim
dengan aksi politik kolektif. Dalam argumentasinya melawan asumsi libertarian
bahwa "kemerdekaan dimulai ketika politik berakhir," Arendt menyusun
teorinya tentang kemerdekaan yang bersifat publik dan asosiatif, dengan
mengambil contoh-contoh antara lain dari polis Yunani, kota-kota Amerika, komun
Paris, dan gerakan hak-hak sipil pada tahun 1960-an untuk menggambarkan
konsepsi tentang kemerdekaan. Dalam laporannya mengenai pengadilan Eichmann
untuk The New Yorker, yang kemudian berkembang menjadi buku Eichmann in
Jerusalem, ia mengangkat pertanyaan apakah kejahatan itu bersifat radikal
ataukan sekadar suatu fungsi dari keluguan -- kecenderungan orang biasa untuk
menaati perintah dan mengikuti pandangan masyarakat tanpa berpikir secara
kritis tentang akibat dari tindakan atau kelalaian mereka untuk bertindak.Ia juga
menulis The Origins of Totalitarianism, yang menelusuri akar-akar komunisme dan
nazisme dan kaitan mereka dengan anti-semitisme. Buku ini kontroversial karena
membandingkan dua pokok yang sebagian orang percaya tidak dapat dipertemukan.
Hannah Arendt meninggal dunia pada 4
Desember 1975 (umur 69) di New York, Amerika Serikat. Hannah Arendt dikebumikan
di Bard College di Annandale-on-Hudson, New York, bersebelahan dengan almarhum
suaminya.
3) Rusadi Kantaprawira
Di
kalangan mahasiswanya, Dosen Unpad yang jadi anggota KPU (Komisi Pemilihan
Umum), ini digelari sebagai ilmuwan politik yang tak tergoda politik praktis.
Sebagai ilmuwan, ia juga tak tergiur dengan kepentingan- kepentingan sesaat
suatu kelompok kepentingan, termasuk partai politik. Ia ilmuwan yang independen
dan nonpartisan.
Rusadi Kantaprawira Tambahkan untuk dibandingkan
Rusadi Kantaprawira Tambahkan untuk dibandingkan
Ada
satu hal yang tak bisa disembunyikan Dr. Rusadi Kantaprawira tatkala berbicara.
Dikenal
sebagai figur yang halus, santun dan teratur tatkala berbicara, serta menguasai
beberapa bahasa, Rusadi rupanya tak bisa menyembunyikan aksen Sundanya.
Lahir di Bandung 59 tahun lalu, Rusadi pada mulanya mendalami bidang hukum. Alumni Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas Padjadjaran ini, pernah mengikuti Post Graduate di Rijksuniversiteit di Leiden Belanda tahun 1989/1990. Dua tahun sepulang dari Belanda, ia meraih gelar doktor ilmu politik di Unpad.
Lahir di Bandung 59 tahun lalu, Rusadi pada mulanya mendalami bidang hukum. Alumni Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas Padjadjaran ini, pernah mengikuti Post Graduate di Rijksuniversiteit di Leiden Belanda tahun 1989/1990. Dua tahun sepulang dari Belanda, ia meraih gelar doktor ilmu politik di Unpad.
Disertasi penulis buku teks 'Sistem
Politik Indonesia' ini memang soal pemilu. Disertasi berjudul 'Pengaruh Pemilihan
Umum terhadap Perilaku Politik Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia:Dimensi Budaya Politik dan Budaya Hukum' diraih dengan predikat cum
laude. Sebagai salah satu ahli yang mendalami pemilu, ia direkrut sebagai tim
pakar RUU Pemerintahan Daerah, Departemen Kehakiman serta menjadi anggota tim
revisi paket Undang Undang Politik yang dibentuk Departemen Dalam Negeri.
Pengalaman, kemampuan dan integritasnya sebagai ilmuwan telah melempangkan
jalan untuk melewati mekanisme uji kelayakan sebagai anggota KPU. Rusadi yang
juga Kepala Pusat Studi dan Pengkajian Masalah Asia, Afrika, ASEAN dan
Negara-negara Berkembang Unpad ini, rupanya demikian larut dengan dunia
keilmuan. Koleganya mengingatkan agar ia menyiapkan persyaratan administratif
sebagai guru besar, karena Rusadi dinilai tak menyentuh soal itu. Sebagai dosen
senior, pangkat PNS Rusadi ternyata tak sesuai dengan senioritasnya. Saat
meninjau museum KPU, ia tertarik pada deretan buku-buku berbahasa Belanda, yang
seolah tak pernah disentuh. "Tolong buku ini dipelihara dengan baik,"
kata Rusadi pada petugas museum. Konon di lingkungan KPU sulit menemukan figur
yang mampu berbahasa Belanda dengan baik. Keberadaan Rusadi, sekaligus, juga
mengisi kekurangan ahli yang bisa berbahasa Belanda.
4)
Prof.Miriam Budiarjo
Guru
besar ilmu politik yang ikut mendirikan FISIP UI (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia), dan mantan
anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Prof Miriam Budiardjo, meninggal
dunia dalam usia 83 tahun, Senin 8 Januari 2007 sekitar pukul 14.10. Miriam
kelahiran Kediri, Jawa Timur, 20 November 1923, itu meninggal di Rumah Sakit
Medistra, Jakarta, akibat menderita komplikasi pernapasan dan gagal ginjal.
Miriam Budiardjo sempat beberapa kali dirawat inap di RSCM dan RS Medistra. Jenazah disemayamkan di Jalan Proklamasi No 37, Jakarta.
Dimakamkan Selasa 9 Januari 2007 pukul 10.00 di TPU Giritama, Desa Tonjong, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Miriam, meninggalkan seorang putri, Gitayana Prasodjo dan dua cucu. Suaminya, Ali Budiardjo (mantan Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan), berpulang tahun 1999.
Pakar politik ini pernah menjabat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI tahun 1974 -1979. Penulis buku Pengantar Ilmu Politik, yang menjadi buku wajib mahasiswa politik, itu dikenal sebagai seorang dosen yang cantik berkacamata, berpakaian rapi, dan bersuara lunak tetapi tegas, tetapi tetap bersahaja. Penampilannya yang tegas dan bersahaja itu membuat mahasiswa dan rekan kerjanya menjadi segan dan menghormatinya. Ibu Mir juga dikenal sebagai peminat fotografi dengan hasil-hasil jepretan yang cukup istimewa. Sampai menjelang akhir hyatnya dia masih sibuk dengan dunia akademis. Terakhir sedang mengerjakan revisi buku Dasar-dasar Ilmu Politik yang telah 20 kali lebih dicetak ulang. Menurut putri tunggalnya, Gitayana, sebenarnya revisi sudah hampir selesai. Selain itu, menurut Gitayana, Ibu Mir juga sedang menyelesaikan kata pengantar buku klasik lainnya, Kuasa dan Wibawa.
Ibu Mir menghabiskan sebagian besar waktunya di sebuah ruangan kerja berjendela geser yang terbuka menghadap ruang makan rumahnya di Jalan Proklamasi No 37, Jakarta Pusat. Di situlah dia selama puluhan tahun, pagi, siang, dan malam membaca dan menulis, jika tak punya acara di luar. Ibu Mir, juga ikut aktif dalam perjuangan kemerdekaan yang dekat dengan kelompok "pemuda Sjahrir" yang belakangan mendirikan Partai Sosialis Indonesia. Ia antara lain menjadi Sekretariat Delegasi Indonesia dalam Perundingan Renville (1947-1948). Sebentar dia berkarier sebagai diplomat, bertugas di New Delhi, India, dan Washington DC, Amerika Serikat (AS). Alumni program S-2 di Georgetown University, Washington DC, AS, itu memilih berkecimpung di dunia pendidikan dan keilmuan. Dia sempat mengikuti program S-3 di Harvard University, Cambridge, AS, namun tak sampaih diselesaikannya. Namun pada tahun 1990-an, dia dianugerahi gelar doctor honoris causa oleh almamaternya, FISIP UI.
Dia penulis buku klasik Pengantar Ilmu Politik dan Dasar-dasar Ilmu Politik yang menjadi buku wajib di semua FISIP di Indonesia. Karya penting Ibu Mir lainnya adalah buku berjudul The Provisional Parliament in Indonesia yang diterbitkan tahun 1956. Bersama rekan-reknnya, antara lain Sujono Hadinoto, Selo Soemardjan, Sulaiman Sumardi, Ibu TO Ihromi, dan G Pringgodigdo, Ibu Mir mendirikan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial (FIS) Universitas Indonesia. Dia menjadi dekan dua periode tahun 1974-1979 menggantikan Selo Soemardjan.
Miriam Budiardjo sempat beberapa kali dirawat inap di RSCM dan RS Medistra. Jenazah disemayamkan di Jalan Proklamasi No 37, Jakarta.
Dimakamkan Selasa 9 Januari 2007 pukul 10.00 di TPU Giritama, Desa Tonjong, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Miriam, meninggalkan seorang putri, Gitayana Prasodjo dan dua cucu. Suaminya, Ali Budiardjo (mantan Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan), berpulang tahun 1999.
Pakar politik ini pernah menjabat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI tahun 1974 -1979. Penulis buku Pengantar Ilmu Politik, yang menjadi buku wajib mahasiswa politik, itu dikenal sebagai seorang dosen yang cantik berkacamata, berpakaian rapi, dan bersuara lunak tetapi tegas, tetapi tetap bersahaja. Penampilannya yang tegas dan bersahaja itu membuat mahasiswa dan rekan kerjanya menjadi segan dan menghormatinya. Ibu Mir juga dikenal sebagai peminat fotografi dengan hasil-hasil jepretan yang cukup istimewa. Sampai menjelang akhir hyatnya dia masih sibuk dengan dunia akademis. Terakhir sedang mengerjakan revisi buku Dasar-dasar Ilmu Politik yang telah 20 kali lebih dicetak ulang. Menurut putri tunggalnya, Gitayana, sebenarnya revisi sudah hampir selesai. Selain itu, menurut Gitayana, Ibu Mir juga sedang menyelesaikan kata pengantar buku klasik lainnya, Kuasa dan Wibawa.
Ibu Mir menghabiskan sebagian besar waktunya di sebuah ruangan kerja berjendela geser yang terbuka menghadap ruang makan rumahnya di Jalan Proklamasi No 37, Jakarta Pusat. Di situlah dia selama puluhan tahun, pagi, siang, dan malam membaca dan menulis, jika tak punya acara di luar. Ibu Mir, juga ikut aktif dalam perjuangan kemerdekaan yang dekat dengan kelompok "pemuda Sjahrir" yang belakangan mendirikan Partai Sosialis Indonesia. Ia antara lain menjadi Sekretariat Delegasi Indonesia dalam Perundingan Renville (1947-1948). Sebentar dia berkarier sebagai diplomat, bertugas di New Delhi, India, dan Washington DC, Amerika Serikat (AS). Alumni program S-2 di Georgetown University, Washington DC, AS, itu memilih berkecimpung di dunia pendidikan dan keilmuan. Dia sempat mengikuti program S-3 di Harvard University, Cambridge, AS, namun tak sampaih diselesaikannya. Namun pada tahun 1990-an, dia dianugerahi gelar doctor honoris causa oleh almamaternya, FISIP UI.
Dia penulis buku klasik Pengantar Ilmu Politik dan Dasar-dasar Ilmu Politik yang menjadi buku wajib di semua FISIP di Indonesia. Karya penting Ibu Mir lainnya adalah buku berjudul The Provisional Parliament in Indonesia yang diterbitkan tahun 1956. Bersama rekan-reknnya, antara lain Sujono Hadinoto, Selo Soemardjan, Sulaiman Sumardi, Ibu TO Ihromi, dan G Pringgodigdo, Ibu Mir mendirikan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial (FIS) Universitas Indonesia. Dia menjadi dekan dua periode tahun 1974-1979 menggantikan Selo Soemardjan.
Dia
telah menjadi guru bagi banyak pakar politik di Indonesia, di antaranya Juwono
Sudarsono,Pengamat politik,dosen Arbi Sanit, Maswadi Rauf, dan Isbodroini Suyanto.
Sebagai pengamat ilmu politik, Ibu Mir sering mengoreksi kekuasaan dengan cara
yang sopan namun tetap kritis. Salah satu yang bersejarah adalah ketika bersama
Rektor UI Prof Dr dr Asman Boedisantoso dan rekan-rekan Rektorat UI menemui
Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988)
Presiden Soeharto di Jalan Cendana tanggal
16 Mei 1998. Ketika itu dalam situasi politik telah panas, menyampaikan hasil
Simposium Kepedulian UI terhadap Tatanan Masa Depan Indonesia. Berhubung Ibu
Mir sudah sangat senior, dialah yang membacakan hasil simposium itu di hadapan
Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988)
Pak Harto. Intinya, mereka menyarankan agar Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988)
Pak Harto dengan sukarela lengser ing keprabon. Butir pertama yang dibacakan Ibu Mir berbunyi, "Menyambut baik kesediaan Bapak (Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988)
Soeharto) untuk mengundurkan diri dari jabatan presiden...". Namun, kalimat tambahan "mendesak agar dilaksanakan dalam waktu sesingkat-singkatnya" batal da bacakan.
Tak lama setelah itu, Ibu Mir mundur dari berbagai kegiatan politik, termasuk dari jabatan Wakil Ketua Komnas HAM yang dijabatnya sejak tahun 1994. Memilih melanjutkan pengabdian dari ruangan kerja berjendela geser yang terbuka menghadap ruang makan itu.
Keberhasilan Ibu Mir dalam karirnya tak terlepas dari dorongan orang tuanya, Saleh Mangundiningrat dan Isnadikin Citrokusumo. Bersama saudara-saudaranya didorong untuk mengejar pendidikan setinggi-tingginya. Mereka pun berhasil menjadi putera-puteri bangsa yang berguna. Kakaknya, Soedjatmoko, merupakan salah seorang pemikir Indonesia modern. Adiknya, Nugroho Wisnumurti, pernah menjadi Duta Besar RI untuk PBB dan kakak Lihat Daftar Tokoh Perempuan perempuannya, Siti Wahyunah (Poppy), menikah dengan Perdana Menteri RI Pertama (1945-1947) Sutan Syahrir.Miriam menerima Bintang Mahaputra Utama tahun 1998 dan Doktor Kehormatan Ilmu Politik dari UI (1997) dan menerima Bintang Jasa Utama Pengabdian kepada Republik Indonesia selama Masa Perjuangan Kemerdekaan (1995).
Pak Harto. Intinya, mereka menyarankan agar Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988)
Pak Harto dengan sukarela lengser ing keprabon. Butir pertama yang dibacakan Ibu Mir berbunyi, "Menyambut baik kesediaan Bapak (Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988)
Soeharto) untuk mengundurkan diri dari jabatan presiden...". Namun, kalimat tambahan "mendesak agar dilaksanakan dalam waktu sesingkat-singkatnya" batal da bacakan.
Tak lama setelah itu, Ibu Mir mundur dari berbagai kegiatan politik, termasuk dari jabatan Wakil Ketua Komnas HAM yang dijabatnya sejak tahun 1994. Memilih melanjutkan pengabdian dari ruangan kerja berjendela geser yang terbuka menghadap ruang makan itu.
Keberhasilan Ibu Mir dalam karirnya tak terlepas dari dorongan orang tuanya, Saleh Mangundiningrat dan Isnadikin Citrokusumo. Bersama saudara-saudaranya didorong untuk mengejar pendidikan setinggi-tingginya. Mereka pun berhasil menjadi putera-puteri bangsa yang berguna. Kakaknya, Soedjatmoko, merupakan salah seorang pemikir Indonesia modern. Adiknya, Nugroho Wisnumurti, pernah menjadi Duta Besar RI untuk PBB dan kakak Lihat Daftar Tokoh Perempuan perempuannya, Siti Wahyunah (Poppy), menikah dengan Perdana Menteri RI Pertama (1945-1947) Sutan Syahrir.Miriam menerima Bintang Mahaputra Utama tahun 1998 dan Doktor Kehormatan Ilmu Politik dari UI (1997) dan menerima Bintang Jasa Utama Pengabdian kepada Republik Indonesia selama Masa Perjuangan Kemerdekaan (1995).
5)
Socrates
Socrates yang
merupakan salah satu filusuf terkemukan yang lahir 469 SM, merupakan seorang
filusuf yang sangat kritis. Socrates sangat kritis dalam mempertanyakan sesuatu
yang dianggap benar dan tidak mudah percaya kepada kebenaran tanpa melakukan
penyelidikan. Menurut filusuf ini untuk mencapai kebajikan (virtue) manusia
harus memiliki pengetahuan dan tolok ukur mengenai apa yang baik dan buruk.
Tujuan tertinggi kehidupan manusia memnuat dirinya atau jiwanya secara
menyeluruh tumbuh dan berkembang serta menjadi sebaik mungkin dan mampu diaraih
bila manusia memiliki hakikat yang baik.
Menurut
Socrates tugas Negara adalah memajukan kebahagiaan para warga negaranya dan
membuat jiwa mereka menjadi sebaik mungki. Seseorang penguasa harus mempunyai
pengertian tentang “yang baik”. Ada satu hal lagi yang perlu kita tahu dengan
pemikiran politik Socrates, beliau tidak menyetujui konsep Demokrasi yang
didasarkan pada suara Mayoritas karena menurut beliau tidak semua orang (dalam
mayoritas) memiliki pengetahuan baik.
Biografi Socrates
Socrates
(470 SM – 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu
figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena,
tanggal 4 Juni 470 SM, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat
besar di Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Plato dan Aristoteles
merupakan murid Socrates. Ayah Socrates berprofesi sebagai pemahat patung dari
batu (stone mason) bernama Sophroniscos. Ibunya adalah seorang bidan
yang bernama Phainarete, dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat
dengan metode kebidanan. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe
dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Ramprocles, Sophroniscos dan Menexene.
Socrates adalah sosok tokoh filosuf yang penuh teka-teki dalam sejarah perkembangan
filsafat. Ia tidak pernah menulis sebaris kalimatpun dalam sebuah tulisan.
Masa
hidup Socrates sezaman dengan kaum sofis. Ia terkenal sebagai orang yang
berbudi baik, jujur, dan adil. Cara menyampaikan pemikirannya kepada para
pemuda ia menggunakan metode tanya jawab. Sebab itu ia memperoleh banyak
simpati dari para pemuda di negerinya. Namun ia juga kurang disenangi oleh
orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral para pemuda
negerinya. Selain itu ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau tuhan-tuhan yang
telah diakui negara.
Kelanjutan
dari tuduhan terhadap dirinya menjadikan ia diadili oleh pengadilan Athena.
Dalam proses pengadilan ia mengatakan pembelaanya yang kemudian ditulis oleh
Plato dalam naskahnya yang berjudul Apologi. Plato mngisahkan adanya tuduhan
itu. Tuduhan mengatakan bahwa Sokrates tidak hanya menentang agama yang diakui
oleh Negara, akan tetapi juga mengajarkan agama baru buatannya sendiri. Salah
seorang yang mendakwanya yaitu Melithus, mengatakan bahwa dia adalah seorang
tak-berTuhan dan menambahkan: Socrates berkata matahari adalah batu dan bulan
adalah tanah. Socrates tentu saja mengatakan bahwa tuduhan baru yang mengatakan
dia atheis ini bertentangan dengan dakwaan sebelumnya, dan selanjutnya ia
memaparkan berbagai pendangan yang lebih luas.
Buku
Apologi memberi gambaran jelas tentang sosok manusia tertentu: seorang manusia
yang sangat percaya diri, berjiwa besar, tak peduli pada kesukaan duniawi,
yakni bahwa ia dibimbing oleh suara illahi, dan yakin bahwa penalaran yang
jernih adalah syarat terpenting untuk hidup secara benar. Dalam Apologi,
Socrates membela dirinya bukanlah demi kepentingannya sendiri, melainkan demi
kepentingan para hakim. Menurutnya, para hakim adalah nyamuk masyarakat,
dikirim dewa ke negeri itu, dan tak mudah menemukan orang lain semacam dia
(Socrates). Sokrates menjawab (menyangkal) tuduhan itu, dan menanyakan
kepadanya , siapakah orang yang memperbaiki pemuda. Melithus menjawab mula-mula
para hakim, kemudian terdesak sedikit mengatakan bahwa semua orang Athena
kecuali Sokrates memperbaiki pemuda. Sokrates mengucapkan selamat bahwa Athena
memiliki nasib baik untuk memiliki begitu banyak orang yang berusaha
memperbaiki pemuda, dan orang-orang baik tentu lebih pantas untuk dipergauli
dari pada orang jelek, maka dari itu ia tidak akan dapat menjadi begitu bodoh
untuk dapat merusak mereka dengan sengaja. Setelah keputusan dibacakan, ia
ditolak hukuman alternatif sebesar tiga puluh minae (yang untuk ini
Socrates menyebut nama Plato sebagai salah seorang yang sanggup membayarnya,
dan hadir dalam sidang itu), dan Sokrates menyampaikan pidato terakhiranya
tentang kematian. Ia mengatakan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya,
kematian merupakan terpisahnya jasad dari ruh untuk melanjutkan ke dunia selanjutnya.
Dalam proses pengadilan Socrates dinyatakan bersalah dengan suara 280 melawan
220 (Bertens, 1975:82). Ia dituntut hukuman mati. Sokrates dihukum mati dengan
meminum racun, ada yang menyebutkan racun dari tumbuhan cemara, yang jelas
racun itu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Cara
matinya juga memberikan contoh, betapa seorang filosof setia kepada ajarannya
dan tetap menggenggam teguh keyakinanya meskipun nyawa menjadi taruhannya.
Sokrates telah meninggal dunia, tetapi nama dan pemikiran-pemikirannya tetap
hidup untuk selama-lamanya. Socrates merupakan orang yang biasa-biasa saja,
semua orang sepakat bahwa raut muka Socrates amat buruk, hidungnya papak dan
perutnya begitu gendut; ia “lebih jelek ketimbang para Silenus dalam drama
Satiris” (Xenopon, Symposium). Ia selalu mengenakan pakaian kumal dan
tua, kemanapun ia pergi selalu bertelanjang kaki. Sikapnya yang tak peduli pada
panas dan dingin, lapar dan haus mengherankan semua orang. Dalam Symposium,
Alkibiades yang mengisahkan Socrates ketika menjalani tugas militer bahwa dia
lebih tanggung dibandingkan teman-teman lainnya. Ketika dalam keadaan terputus
dalam perbekalan dan terpaksa berangkat tanpa makanan, dia tetap perkasa
dibandingkan yang lain. Pada saat itu cuaca sedang beku, tanpa menghiraukan
rasa dingin dia tetap melangkah dengan pasti diatas tumpukan es yang membatu
dengan berpakaian seperti biasanya, kumal dan bertelanjang kaki. Kemampuan
mengendalikan semua nafsu jasmani terus-menerus ditonjolkan. Dia jarang minum
anggur, namun selagi dia mau, dia lebih kuat minum dibanding semua orang.
Setelah
kematian filsuf Socrates yang terkenal dengan pemikirannya tentang suatu
kabajikan (virtue), tidak hanya berhenti pada saat itu. Pemikiran
Socrates itu akhirnya diturunkan oleh seorang muridnya yang bernama Plato.
Plato merupakan nuridsetia Socrates yang banyak mewarisi keilmuan dan filsafat
gurunya Socrates. Yang kita tahu bahwa seorang Socrates tidak pernah
menuliskan pemikiran-pemikirannya kedalam sebuah bentuk tulisan, akhirnya Plato
mempunyai dan mampu untuk melestarikan pemikiran-pemikiran Socrates ke dalam
karya-karyanya. Ajaran Socrates keajikan adalah pengetahuan yang diterima Plato
hamper secara taken for granted.
6)
Plato
Menurut
Plato Negara ideal menganut prinsip mementingkan kebajikan. Karena kebajikan
menurut plato sebuah pengetahuan. Segala hal yang dilakukan atas nama Negara
haruslah dimaksudkan untuk mencapai kebajikan itu. Menurut Plato tidak ada cara
lain yang paling efektif mendidik warga Negara untuk menguassai pengetahuan
kecuali dengan membangun lembaga-lembaga pendidikan itu. Plato juga beranggapan
bahwa munculnya Negara karena adanya hubungan timbal-balik dan rasa membutuhkan
antara sesama manusia. Karena manusia tidak dapat hidup tanpa adanya manusia
lain. Negara dalam hal ini berkewajiban memperhatikan penukaran timbak balik
ini dan harus berusaha agar semua kebutuhan masyarakat terpenuhi
sebaik-baiknya.Negara ideal Plato juga didasarkan pada prinsip atas larangan
pemilikan pribadi, baik dalam bentuk uang, harta, keluarga, anak dan istri.
Inilah yang disebut nihilisme social yang menurut Plato menghindarkan
Negara dari berbagai pengaruh erosive dan destruktif yang pada akhirnya akan
mencipatakan disintegrasi Negara kota. Dala konteks inilah plato juga
mengemukakan gagasan tentang hak kepemilikan bersama, kolektivisme, atau
komunisme. Intinya adalah gagasan anti individualisme. Plato juga
mengungkapakan bahwa system Negara demokrasi akan melahirak pemerintahan tirani
dan juga dalam Negara demokrasi, kebebasan individual dan pluralism politik
adalah dewa yang dianggungkan. Semua warga Negara memiliki kebebasan dalam
mengekspresikan aspirasi tanpa merasa khawatir akan intervensi Negara terhadap
kebebasannya itu. Dalam istilah plato demokrasi itu “penuh sesak dengan
kemerdekaan dan kebebasan berbicara dan setiap oarng dapat berbuat sekehendak
hatinya” dan akhirnya kekerasan dibenarkan atas nama kebebasan dan persamaan
hak.
Biografi Plato
Tokoh satu ini dikenal
sebagai seorang filsuf terbesar dan juga matematikawan. Ia juga mencatat
keberadaan dari salah satu benua Atlantis yang hilang. Plato dilahirkan di
Atena pada tahun 427 S.M. dan meninggal disana pada tahun 347 S.M. dalam usia
80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang
politik penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk
menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi
kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu. Namanya
bermula ialah Aristokles. Nama plato diberikan oleh gurunya. Ia memperoleh nama
itu berhubung dengan bahunya yang lebar. Sepadan dengan badannya yang tinggi
dan tegap raut mukanya, potongan tubuhnya serta parasnya yang elok bersesuaian
benar dengan ciptaan klasik tentang manusia yang cantik. Bagus dan harmoni
meliputi seluruh perawakannya.
Dalam tubuh yang besar dan sehat itu bersarang pula pikiran yang dalam dan menembus. Pandangan matanya menunjuk seolah-olah ia mau mengisi dunia yang lahir ini dengan cita-citanya. Pelajaran yang diperolehnya dimasa kecilnya, selain dari pelajaran umum ialah menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebelumdewasa ia sudah pandai membuat karangan yang bersanjak. Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di masa itu plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari kratylos. Kratylos dahulunya murid herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air.
Rupanya ajaran semacam itu tidak hinggap di dalam kalbu aristocrat yang tertpengaruh oleh tradisi keluarganya. Sejak berumur 20 tahun plato mengikuti pelajaran sokrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh sokrates makin hari makin mendalam padanya. Ia menjadi murid sokrates yang setia. Sampai pada akhir hidupnya sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangann ya yang berbentuk dialog, bersoal jawab, sokrates kedudukannay sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran plato tergambar keluar melalui mulut sokrates. Setelah pandangan filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pandangan gurunya, ia terus berbuat begitu. Sokrates digambarkannya sebagai juru bahasa isi hati rakyat di Atena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti. Kekuasaan demokrasi yang meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan berturut-turut oleh kekuasaan seorang tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa Atena lenyap ke bawah kekuasaan asing.
Dalam tubuh yang besar dan sehat itu bersarang pula pikiran yang dalam dan menembus. Pandangan matanya menunjuk seolah-olah ia mau mengisi dunia yang lahir ini dengan cita-citanya. Pelajaran yang diperolehnya dimasa kecilnya, selain dari pelajaran umum ialah menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebelumdewasa ia sudah pandai membuat karangan yang bersanjak. Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di masa itu plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari kratylos. Kratylos dahulunya murid herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air.
Rupanya ajaran semacam itu tidak hinggap di dalam kalbu aristocrat yang tertpengaruh oleh tradisi keluarganya. Sejak berumur 20 tahun plato mengikuti pelajaran sokrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh sokrates makin hari makin mendalam padanya. Ia menjadi murid sokrates yang setia. Sampai pada akhir hidupnya sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangann ya yang berbentuk dialog, bersoal jawab, sokrates kedudukannay sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran plato tergambar keluar melalui mulut sokrates. Setelah pandangan filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pandangan gurunya, ia terus berbuat begitu. Sokrates digambarkannya sebagai juru bahasa isi hati rakyat di Atena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti. Kekuasaan demokrasi yang meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan berturut-turut oleh kekuasaan seorang tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa Atena lenyap ke bawah kekuasaan asing.
7)
Aristoteles
Setelah
mengetahui tentang pemikiran negara menurut Socrates dan muuridnya Plato, yang
ketiga kita akan mengbahas tentang pemikiran Negara menurut Aristoteles yang
tidak lain merupakan murid Plato di Akademi. Aristoteles dikenal dengan seprang
pemikir politik empiris-realis, berbeda dengan Palto yang dijuluki idealis-utopianis.
Disini bisa dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles (Aristetolianism) merupakan
suatu bentuk pemeberontakan terhadap gagasan Plato (Platonism). Perbedaan
itu dapat dilihat dari cara kedua filusuf ini dalam melihat relaitas dan
metodologi filsafatnya. Aristoteles dalam merumuskan teori-teori politiknya
menggunakan metode induktif, dengan bertitik toal dari fakta-fakta ‘nyata’ atau
empiris. Sedangkan Plato menggunakan metode deduktif, dimana beliau merumuskan
teorinya bedasarkan kakuatan imajinatif pikiran, atau wishful thinking.Aristoteles
disini juga bernaggapan bahwa manusia adalah zoon politicon, makhluk
yang berpolitik sesuai dengan watak alamiahnya. Negara terbentuk karena adanya
manusia yang saling membutuhkan. Kebutuhan hidup ini tidak dapat dipenuhi
secara sempurana apabila manusia tidak saling membutuhkan. Itu sebabnya dalam
kehidupan kemasyarakatan dan Negara akan selalu terjadi hubungan saling
ketergantungan antar individu dalam masyarakat.
Menurut
Aristoteles Negara merupakan lembaga politik yang paling berdaulat, meski bukan
berate Negara tidak memiliki batasan kekuasaan. Negara memiliki kekuasaan
tertinggi hanya karena ia merupakan lembaga politik yang memiliki tujan
yang paling tinggi dan mulia. Tujuan dibentuknya Negara adalah untuk
mensejahterahkan sekuruh warga negaranya, bukan individu-individu tertentu
(seperti Plato). Tujuan lain dari sebuah Negara menurut Aristoteles adalah memanusiakan
manusia. Dan juga Negara yang baik adalah Negara yang sanggup mencapai tujuan
–tujuan Negara, sedangkan Negara yang buruk adalah Negara yang gagal
menciptakan cita-cita itu. Perbedaan lain yang terlihat anatara Aritoteles dan
Plato terlihat dari apa yang sebelumnya diungkapnkan oleh Plato bahwa beliau
tidak membenarkan hak milik individu, namun Aristoteles membenarkan itu. Karena
menurut Aritoteles hak milik penting karena memberikan tanggung jawab kepada
seseorang untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan social dan menrurut
Aristoteles hak miik akan memungkinkan orang untuk memikirkan persoalan
negaranya.
Biografi Aristoteles
Menndapat
julukan sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan. Aristoteles dilahirkan di kota Stagira,
Macedonia, 384 SM. Ayahnya seorang ahli fisika kenamaan. Pada umur tujuh belas
tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato. Dia menetap di sana
selama dua puluh tahun hingga tak lama Plato meninggal dunia. Dari ayahnya,
Aristoteles mungkin memperoleh dorongan minat di bidang biologi dan
“pengetahuan praktis”. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal
spekulasi filosofis.
Pada tahun 342 SM Aristoteles pulang
kembali ke Macedonia, menjadi guru seorang anak raja umur tiga belas tahun yang
kemudian dalam sejarah terkenal dengan Alexander Yang Agung. Aristoteles
mendidik si Alexander muda dalam beberapa tahun. Di tahun 335 SM, sesudah
Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ke Athena dan di situ
dibukanya sekolahnya sendiri, Lyceum. Dia berada di Athena dua belas tahun,
satu masa yang berbarengan dengan karier penaklukan militer Alexander.
Alexander tidak minta nasehat kepada bekas gurunya, tetapi dia berbaik hati
menyediakan dana buat Aristoteles untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan.
Mungkin ini merupakan contoh pertama dalam sejarah seorang ilmuwan menerima
jumlah dana besar dari pemerintah untuk maksud-maksud penyelidikan dan
sekaligus merupakan yang terakhir dalam abad-abad berikutnya.
Walau begitu, pertaliannya dengan
Alexander mengandung pelbagai bahaya. Aristoteles menolak secara prinsipil cara
kediktatoran Alexander dan tatkala si penakluk Alexander menghukum mati sepupu
Aristoteles dengan tuduhan menghianat, Alexander punya pikiran pula membunuh Aristoteles.
Di satu pihak Aristoteles kelewat demokratis di mata Alexander, dia juga punya
hubungan erat dengan Alexander dan dipercaya oleh orang-orang Athena. Tatkala
Alexander mati tahun 323 SM golongan anti-Macedonia memegang tampuk kekuasaan
di Athena dan Aristoteles pun didakwa kurang ajar kepada dewa. Aristoteles,
teringat nasib yang menimpa Socrates 76 tahun sebelumnya, lari meninggalkan
kota sambil berkata dia tidak akan diberi kesempatan kedua kali kepada
orang-orang Athena berbuat dosa terhadap para filosof. Aristoteles meninggal di
pembuangan beberapa bulan kemudian di tahun 322 SM pada umur enam puluh dua
tahun.
Hasil murni karya Aristoteles jumlahnya mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya masih tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku hasil ciptaannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang mengagumkan, melainkan luas daya jangkauan peradaban yang menjadi bahan renungannya juga tak kurang-kurang hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya. Aristoteles menulis tentang astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, physiologi, dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil karya ilmiahnya, merupakan, sebagiannya, kumpulan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari para asisten yang spesial digaji untuk menghimpun data-data untuknya, sedangkan sebagian lagi merupakan hasil dari serentetan pengamatannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar